Senin, 03 Juni 2013

ZIARAH WALI SYIRIK DAN TIDAK

NIAT ZIARAH KUBUR/ZIARAH WALI HARUS BENAR :
TIDAK BOLEH MINTA BERKAH KEPADA AHLI KUBUR & TIDAK BOLEH MENJADIKAN AHLI KUBUR SEBAGAI MAKELAR DOA KEPADA ALLAH (TAWASUL)

 (Ilustrasi Wali Songo)

Ziarah Wali janganlah dulu langsung di vonis musyrik secara keseluruhan.
Ziarah Wali jangan pula dibiarkan mengalir begitu saja tanpa filter.
Menjadi musyrik atau tidaknya seseorang tergantung dari pemahaman masing-masing.
Paling penting adalah memberikan pemahaman yang benar, bagaimana ziarah sesuai akidah Islam.
Seseorang berziarah bisa menjadi musrik, atau juga bisa menuai hikmah.
Yang tahu soal ini wajib memberi tahu kepada yang tidak tahu.

Dulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah-kubur. Namun sekarang ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat melembutkan hati, membuat air mata berlinang, dan mengingatkan kalian akan akhirat namun jangan kalian mengatakan perkataan yang tidak layak (qaulul hujr), ketika berziarah” 
(HR. Al Haakim no.1393, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jaami’, 7584).
Di Indonesia banyak bermunculan jenis wisata, salah satunya adalah wisata religius, yang artinya tour dalam rangka ibadah. Salah satunya adalah ziarah ke makam para wali. Ziarah Wali boleh-boleh saja dilakukan, asalkan jangan sampai wisata kita tersebut malah mendapatkan dosa syirik. Seringkali kita jumpai, banyak umat Islam di Indonesia, salah niatnya ketika berziarah. Kok salah niat bagaimana? Lha mereka giat sekali berziarah kubur, terutama kuburan wali songo dan kuburan yang dianggap keramat. Ujung-ujungnya ziarah wali yang mereka  lakukan ini dimanfaatkan untuk bertawassul kepada para wali yang sudah mati tersebut, agar disampaikan hajat mereka kehadirat Allah.  Niat yang lebih parah lagi adalah, mereka minta langsung kepada ahli kubur (wali yang sudah mati tersebut) berupa kesembuhan, minta dagangannya laris barokah, minta anak,  minta kekayaan, minta ketenangan jiwa, ingin membalas dendam atau minta agar dijauhkan dari bala' malapetaka. Intinya dengan demikian mereka sudah "terjebak" atau "tertipu" oleh syetan memohon kepada selain Allah SWT, jika mereka memohon kepada selain Allah SWT maka mereka sudah jatuh dalam perbuatan syirik. Sedangkan syirik adalah dosa yang tidak diampuni jika saat mereka meninggal masih dalam keadaan tersebut.

 “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah melakukan dosa yang besar”. (Surah an-Nisaa’, 4: 48)

Mengapa tawasul kepada wali atau minta pada kuburan wali termasuk syirik?
Biasanya bantahan orang-orang yang suka bertawasul seperti ini,  “Saya minta kepadanya karena dia lebih dekat kepada Allah daripada saya, supaya dia menolong saya dalam urusan-urusan ini. Saya menjadikannya perantara kepada Allah sebagaimana seseorang mendekat (dalam rangka minta bantuan) kepada raja dengan perantaraan orang-orang penting dan pembantu-pembantunya.”

Atas alasan diatas dengan tegas kami katakan bahwa antara Allah SWT dengan hambanya tidak ada jarak. Setiap hamba dapat memohon langsung kepada Allah SWT. Tanpa birokrasi, dan tanpa makelar. Jawabannya 3 dibawah ini :

1) Pernahkah Allah SWT memerintahkan memohon kepada selain Allah?
Surat Al Fatehah "Hanya kepadaMulah kami meminta dan hanya kepadaMulah kami memohon pertolongan".

2) Pernahkah Nabi Muhammad SAW mencontohkan tawasul kepada orang mati? 
Nabi Muhammad tidak pernah mengajarkan kita untuk meminta kepada orang mati. Tapi Nabi Muhammad SAW pernah dimintai doa oleh sahabat-sahabatnya. Artinya,  Minta tolong didoakan itu berlaku kepada orang yang masih hidup.

3) Berkaitan dengan point nomor dua, dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW bahwa orang mati itu sudah putus amalnya kecuali 3 perkara yaitu amal solehnya, ilmunya yang bermanfaat serta doa anaknya yang soleh. 
Secara garis besar orang meninggal itu sudah stop aktivitas amalnya. Sudah tidak bisa bikin pahala maupun dosa lagi. Kesempatan untuk bercocok tanam sudah habis masanya. Mati ibarat sudah selesai pencarian amal kita. Jadi kesimpulannya, maka tidak bisa seorang yang mati menjadi perantara doa bahkan "menolong" seseorang yang kesusahan. Kalaupun toh ada haditnya dalam konteks memohonkan ampun kepada ahli kubur, itupun sesuai prosedur seperti hadits ini:  “Aisyah bertanya: Apa yang harus aku ucapkan bagi mereka (shahibul qubur) wahai Rasulullah? Beliau bersabda: Ucapkanlah: Assalamu ‘alaa ahlid diyaar, minal mu’miniina wal muslimiin, wa yarhamullahul mustaqdimiina wal musta’khiriina, wa inna insyaa Allaahu bikum lalaahiquun (Salam untuk kalian wahai kaum muslimin dan mu’minin penghuni kubur. Semoga Allah merahmati orang-orang yang telah mendahului (mati), dan juga orang-orang yang diakhirkan (belum mati). Sungguh, Insya Allah kami pun akan menyusul kalian” (HR. Muslim no.974)


Semoga bermanfaat,
Tim Tour Ziarah Wali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar